Rabu, 12 Maret 2008

Bidadari Hilang Terpercik Air

"Saya terima nikahnya, fulanah binti fulan. dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai” ucapku mantab sambil menggenggam tangan ayahmmu.
“Sekarang aku menjadi halal bagimu” ucapmu sambil menatapku dari samping kursi pengantin.
Subhanallah, kau terlihat bak bidadari tanpa sayap saat itu.
“Akhirnya, aku mendapatkan cahaya terang dalam hidupku” kataku sambil memandang manis senyummu.


Aku jadi teringat, 2 tahun yang lalu, saat aku menelponmu dari kegelapan malam di hutan pinus kali kuning, jogja.
“Mau gak kalau aku minta kamu menunggu 2 tahun” ujarku diiringi rintik hujan dan gemericik sungai'
“Kamu serius ?” jawabmu meragukanku.
Jujur, saat itu aku sendiri tak tahu, apakah aku bisa memenuhi janji itu dan apakah yang kulakukan syar'i.
Namun aku terlanjur mencintaimu dan aku hanya berharap Allah menolongku.

“Bro...bro....” teriak seseorang, entah dimana, tapi terasa dekat sekali.
Tubuhku bergoyang, aku bingung.
“Ya Allah, apa yang terjadi” teriakku sambil mencoba mengajakmu beranjak dan menggenggam tanganmu.
Sesuatu hal yang sangat ingin kulakukan dari dulu, namun tak bisa, karena kau bukan muhrimku.
Belum sempat kuraih tanganmu setetes air memercik di kepalaku.

“Bro, bangun bro, katanya kau ada kuliah jam 7, sekarang dah jam 7.15” Ujar temanku sambil menggenggam cangkir di tangannya.
Serta merta dirimu hilang dari sisiku.

“Masya Allah” Seruku sambil bangkit membenahi sarung dan baju koko yang sejak subuh tadi melekat di badanku.

Mar 12, '08
postingan dari blog lama 

1 komentar:

  1. Subhanallah,,meski hanya mimpi,,kini tlah resmi mjdi sepasang kekasih yg diridhai-NYa.

    BalasHapus